Angin malam berhembus menggoyahkan dahan pohon dan semak-semak.
Rumput ilalang menari dengan gemulai menebarkan bau daun kering yang khas.
Tampak seorang gadis 15 tahunan tengah duduk di balkon kamarnya sambil menatap
sendu langit malam yang kelam, tak ada bulan ataupun bintang satupun. Surai
hitamnya bergerak lembut mengikuti arah hembusan angin.
“Malam sunyi
ku impikanmu,
Kulukiskan kita
bersama,
Di hatiku
terukir namamu,
Cinta rindu
beradu satu,
Namun s’lalu
aku bertanya, adakah aku di hatimu..” ia menghentikan lantunan lagu dari
bibirnya , sejenak ia menarik nafas sebelum melanjutkan liriknya..
“Tlah ku
nyanyikan alunan-alunan senduku
Tlah ku
bisikkan cerita-cerita gelapku
Tlah kuabaikan
mimpi-mimpi dan ambisiku
Tapi mengapa
ku takkan bisa sentuh hatimu.. hiks” tiba-tiba ia terisak pelan, menundukan
kepala dalam diam. Hanya isakan kecilnya yang terdengar, isakan yang
menggambarkan betapa sakit hatinya sekarang. Patah hati.
***
Pukul 05.30 pagi
‘TOK TOK
TOK’
“yuki!!
Cepat bangun atau kau terlambat!” teriak seorang perempuan berusia sekitar 40
tahun di depan pintu kamar milik orang yang bernama yuki.
“engh.. iya
kaasan! Aku sudah bangun dan menuju kamar mandi!” teriak yuki yang masih
berkumul dengan selimut tebalnya, semenit kemudian matanya kembali tertutup.
‘BRAK’
“yuki! Cepat
bangun!” teriak sang ibu setelah mendobrak pintu, ck ck mengerikan.
“ck, iya
iya” yuki berdecak sebal lalu melangkah menuju kamar mandi.
“hah, dasar
anak jaman sekarang” sang ibu geleng-geleng sambil melangkah keluar.
20 menit
kemudian.
‘tap tap
tap’
“hei..
pelanlah sedikit saat kau menuruni tangga, jangan sampai kau meruntuhkannya”
keluh sang ibu.
“hmmm” gumam
yuki seenaknya.
“kakak,
sopanlah sedikit” tegur anak berusia 9 tahun. Yuki hanya diam tak merespon, ia
mengambil tempat duduk di samping anak tadi. Tangan kecilnya meraih dua lembar
roti dan mengolesinya dengan selai coklat.
“hwaaa.. itu
miyikku!” rengek gadis berusia 3tahun.
“ini
milikku!” teriak anak berusia 5 tahun.
“hwaaa..
kaacan, lyu-niichan nakal!”
“ssstt..
diamlah jiu.. ryu jangan mengambil bagian adikmu!” tegur sang ibu.
“ini milik
ryu!” teriak ryu, bocah 5 tahun.
“sudah.. ini
untuk jiu.. diam ya..” ucap anak berusia 9 tahun pada adik bungsunya, anak itu
bernama kenichi. Tiba-tiba ryu merebut piring kenichi dan menaruh piringnya di
depan jiu.
“ini, aku
kembalikan milikmu!” celetuk ryu.
“hwaaaa..
lyu-niichan nakal!”
“huft..”
yuki menghela nafas bosan.
‘selalu saja
berisik. Aku lebih memilih mempunyai seorang kakak laki-laki daripada adik
seperti mereka’ ucap yuki dalam hati. Di raihnya segelas susu di depannya.
‘sreek’
suara kursi bergeser.
“kaasan, aku
berangkat” ucap yuki melangkah keluar.
“ya
hati-hati!”
“hmm”
Di jalan...
“hah.. hari
yang cerah..” ucap yuki sambil berjalan malas menuju sekolah. Tanpa sengaja ia
melihat seorang anak kecil tengah di gandeng oleh kakak laki-lakinya. Yuki
tersenyum kecut.
‘enak sekali
anak itu. Andai saja aku yang di gandeng. ’ batinnya iri.
***
Pagi yang
cerah. Orang-orang berlalu-lalang menjalankan aktivitas mereka. Begitu pula
dengan yuki yang sedang mencuci piring dengan wajah yang di tekuk.
“cuci dengan
hati-hati dan penuh perasaan” canda sang ibu.
“iya
ma’am..” yuki memutar bola mata bosan.
‘huh, harusnya di hari minggu seperti ini aku
bisa tidur sepuasnya’ gerutu yuki dalam hati.
“ya sudah..
ibu dan adik-adikmu mau menjemput tousan di stasiun. Dan mungkin kami akan
pulang sore” ucap sang ibu sambil merapikan baju jiu yang ada di gendongannya.
Yuki menoleh.
“apa? Tousan
pulang hari ini?” tanya yuki senang.
“iya..
yasudah, kami berangkat” pamit sang ibu keluar rumah bersama para adik.
“aku kangen
tousan.. sudah 1 bulaan keluar kota. Hah, semoga membawa oleh-oleh banyak atau
kalo bisa membawa kakak baru untukku” celetuk yuki sambil cengengesan.
Tidak lama
kemudian..
“hahh..
selesai!” teriak yuki sambil mengelap tangannya dengan serbet. Ia membuka
kulkas dan mengambil sekotak jus strawberry, minuman favoritnya. Setelah itu ia
melangkah menuju ruang Tv.
‘Arukitsugarete
tohou ni kureta
Akarui mirai
e sensei wa iu kedo
Docchi ni
aruitara hikari wa sasu kana?
Tori aezu
wakaranai kedo, ikouze’
Tiba-tiba
ponsel yuki berbunyi, mengalunkan lagu dari dish yang berjudul i can hear. Yuki
meraih ponselnya yang ada di atas meja.
‘pip’
“moshi-moshi..
ada apa?” tanya yuki cuek.
“apa? Hmmm..
baiklah aku keluar” setelah mengucapkan itu, ia menutup panggilan dan melangkah
keluar.
‘cekreek’
pintu terbuka.
“hehehe..
hai yuki..” sapa seorang gadis manis berambut sedikit bergelombang.
“hn, maaf
tidak menerima sumbangan” canda yuki membuat sahabatnya merengut kesal.
“oh,
terimakasih!”
“ahaahaaha..
ayo masuk” ajak yuki.
“um.. tumben
sepi, mana adikmu?”
“maksudmu
ADIK-ADIKKU?” tanya yuki penuh penekanan.
“ahaha..
iya-iya maaf”
“ Mereka
keluar dengan kaasan. Ngomong-ngomong kau mau apa kemari hikari?” tanya yuki
heran.
“main, tidak
boleh?” hikari merengut lagi.
“tidak”
“ya sudah
aku pulang” melangkah keluar, tapi di tahan yuki.
“bercanda,baka.
Hei aku belum mandi” ucap yuki.
“hah... aku
tidak terkejut. Bahkan jika kau tidak mandi selama satu haripun” cibir hikari.
“hehe..
yasudah aku mandi dulu. Dan jangan minum jusku!” ucap yuki tajam saat hikari
hendak meminum jus yuki.
“huh, pelit”
keluh hikari.
“ambil sendiri
di kulkas” perintah yuki sembari berjalan menuju kamarnya.
“iya,nyonya”
Di suatu
jalan yang teduh akan pepohonan, terlihat dua orang gadis tengah menaiki sepeda
dengan berboncengan.
“hei, kita
mau kemana sih?” tanya gadis yang menaiki sepeda.
“kemana saja
boleh, asal denganmu..” ucap gadis ke dua dengan manja.
“oh great..
hentikan itu, aku masih normal baka” ucap gadis pertama.
“hehe.. ayo
ke taman..” ujar hikari, gadis ke dua.
“hn, tidak
buruk” jawab yuki sambil mempercepat kayuhannya.
“kyaaaa! Pelan-pelan
baka!” teriak hikari dan mendapat respon seringaian dari yuki.
10 menit
kemudian..
‘ckiit’
suara rem beradu dengan roda.
“turun” ucap
yuki.
“hm? Sudah
sampai ya?” tanya hikari, yuki memutar bola mata bosan.
“hn.. cepat
turun” lalu hikari turun dan melangkah menuju bangku yang ada di bawah pohon
rindang. Taman sedang sepi, hanya terdapat beberapa orang yang terlihat.
‘bruuk’
Hikari
menghempaskan bokongnya di permukaan bangku kayu yang keras.
“aduh.. ini
sakit..” keluhnya sambil mengelus bokongnya yang terasa sedikit nyeri.
“dasar
baka.. haahh.. damai ya..” gumam yuki yang duduk di samping hikari, matanya
terpejam sambil menikmati hembusan angin yang menerpa wajahnya.
“yahh..
begitulah..” ucap hikari bersandar pada bahu yuki, iris hitamnya menatap awan
putih yang berarak mengikuti angin.
“yuki..”
“hmm..”
“aku patah
hati..”
“hmm...”
“...”
“eh?!
Apaa?!” yuki membuka matanya dengan
ekspresi terkejut .
“heee.. dia
menyukai temanku..” ucap hikari sambil tersenyum lebar, tapi di mata yuki itu
adalah senyuman yang menyedihkan. Yuki menghela nafas, tangannya meraih tangan
hikari dan menggenggamnya.
“sudahlah..
laki-laki bukan hanya dia.. “ ucap yuki sambil menatap langit biru.
“yahh.. pada
kenyataannya jumlah perempuan lebih banyak dari laki-laki” gumam hikari lirih.
Yuki menoleh ke arah hikari sambil menaikkan sebelah alisnya.
“he?
Maksudmu?” tanya yuki tak mengerti.
“aku takut
tidak kebagian laki-laki..” ucap hikari mewek dengan mata berkaca-kaca. Jika
ini anime, maka akan keluar keringat besar di kepala yuki atau biasa di sebut
sweatdrop.
“hahhh.. kau
itu.. aku yakin kita semua pasti sudah di takdirkan punya pasangan
masing-masing, cepat atau lambat pasti bertemu..” ucap yuki sok bijak.
“hehehehe..
lalu apa kau masih menyukai ryuzaki?” goda hikari, sekilas wajah yuki merona.
“hei! Apa
hubungannya dengan dia? Sudah aku tak ingin membahas dia lagi..” yuki
mengalihkan wajahnya.
“tu kan~~
kau masih menyukai dia.. melupakan orang yang berharga itu tidak mudah” gantian
hikari yang menggurui.
“yah.. ku
akui itu memang tidak mudah, sebenarnya ryuzaki juga tidak menyukaiku” ucap
yuki sambil menunduk.
“apa?!!!”
kini giliran hikari yang kaget.
“haaahhh..
andai aku punya aniki yang baik, tampan dan pintar. Aku pasti tidak begitu
peduli dengan cinta. Ada tidak ya tempat untuk menukar adik-adikku yang berisik
dengan seorang aniki “ keluh yuki sambil bersandar pada bangku. Hikari menatap
keki.
“kau
benar-benar terobsebsi pada aniki” cibir hikari.
“ya.. aku
iri setiap kali mendengar temanku yang punya kakak” lirihnya. Hikari menghela
nafas.
“sudahlah..
syukuri yang kau punya..” ujar hikari.
“..”
“mau ice
cream?” tawar hikari. Yuki menoleh ke arah tukang ice cream.
“hm.. asal
kau yang bayar.. sebagai ganti jus jeruk yang kau ambil dari kulkas “ ucap yuki
enteng.
‘nyut’ mencul
perempatan di kening hikari.
“dasar.. kau
benar-benar pelit!” teriak hikari.
“hn, pelit
pangkal kaya” Yuki mengedikkan bahunya dan berkata dengan santai.
“zzz..
teme!”
“heeh..
dobe” karena jengkel akhirnya hikari berjalan menuju stan ice cream sambil
menghentak-hentakan kakinya.
“kekeke..”
yuki menyeringai penuh kemenangan.
Pukul 16.00
“trimakasih
untuk hari ini” ucap yuki di depan pintu.
“hn, tak
masalah.. hehe” hikari menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
“baiklah aku
pulang.. jaa” ucap hikari sambil melambaikan tangan, lalu pergi dengan
sepedanya. Yuki tersenyum sambil menggeleng pelan.
“dasar..”
gumamnya. Ia memasukkan kunci lalu memutarnya.
‘cekreek’
pintu terbuka.
“kenapa
mereka belum pulang sampai sekarang” celetuk yuki sambil menatap jam dinding.
‘kriiing’
tiba-tiba telfon rumah berbunyi, dengan malas ia menggeret kakinya menuju ke
meja dimana benda itu berada.
‘cekreek’
“moshi-moshi..
kediaman Takashi di sini..” ucap yuki sopan.
“iya...”
yuki kembali menatap jam dinding, entah kenapa perasaannya menjadi gelisah.
‘deg’
“a-apa?
Ke-kecelakaan??!” teriak yuki tak percaya.
“wa-wakatta..”
‘tut.. cekreek’ yuki menutup telfon.
‘brukk’
“hiks..
tidak mungkin.. “ isaknya sambil menelungkupkan wajah di antara kaki yang di
tekuk.
Tbc.
hahaha, satu lagi cerita gaje dari saya :D
add me on fb Lala Yoichi
follow me @seriussuka :D
Tidak ada komentar:
Posting Komentar