Cari Blog Ini

MANGAKU.WEB.ID

Kamis, 29 November 2012

I Love You Otouto, But Aisitheru Onee-chan.. Chapter 4: Sid?



Jum’at, 07 Mei 2010
Pukul 07.05

“sial,sial,sial.. aku terlambat lagi!”  ucap ayaka sambil berlari menuju sekolahnya.
‘kreeeiit..’ dengan pelan ia membuka gerbang.
“eh? Kenapa sepi?” tanya ayaka bingung entah pada siapa.
“hari ini libur.. kemarin aku lupa memberi tahumu..” jawab seseorang di belakang ayaka, ayaka terlonjak kaget.

“sid?” Sid tersenyum lalu menarik ayaka menjauhi sekolah.
“mau kemana?” tanya ayaka bingung.
“kemana saja..” jawab sid terus berjalan menelusuri jalan kecil yang setiap sisi di tumbuhi pohon. Di sepanjang perjalanan tak ada yang  berbicara, sid melirik ke arah ayaka yang memasang wajah bingung.
“jadi...” pandangan ayaka beralih ke arah sid yang membuka suara.
“apa makanan favoritemu?” tanya sid.
“bakso dan sate ayam..” jawab ayaka polos, sid terkekeh.
“selera yang bagus.. kau suka ice cream?” ucap sid sambil melihat ke arah penjual ice cream di persimpangan jalan.
“sangat!” teriak ayaka ceria.
“baiklah, ayo kesana..!” ajak sid setengah berlari. Setelah membeli mereka duduk di bangku yang ada di bawah sebuah pohon.
“capekk..” keluh ayaka.
“maaf..” ucap sid pelan.
“ahaha.. tak apa, aku senang kok.. apalagi dapat ice cream gratis”  ayaka nyengir, di ikuti sid yang tersenyum.
“kau tahu, kau begitu manis.. chris memang bodoh.. selalu mencapakkanmu..” ucap sid menatap langit, ayaka berhenti memakan ice creamnya.
“apa maksudmu?” tanya ayaka tidak mengerti.
“aku tahu kau sangat menyukai chris bahkan mungkin kau mulai mencintainya...”
“dan aku bahkan sering melihatmu menangis di halte..” ucap sid. ayaka  memandang tak percaya, lalu matanya meredup dan tertunduk. Hening, hanya suara gemersik daun yang terdengar.
“maaf.. seharusnya aku tak ikut campur dalam masalahmu..” ucap sid menyesal, ayaka berdiri.
“aku harus pulang..” ucapnya melangkah menjauh, lalu berlari kecil menyeberangi jalan. Sid berdiri saat melihat mobil yang hendak menabrak ayaka.
“ayaka awas!!” teriak sid sambil berlari cepat.
‘Diiiiinnn’
“ah?!!” ayaka menoleh ke arah mobil dan menutup mata, tiba-tiba tubuhnya terhempas.
‘Bruuuk!’
‘ciiiit’
Dengan perlahan ayaka membuka mata, dan begitu terkejutnya saat dia melihat tubuh sid berlumuran darah. Dan sebuah mobil sedan melaju pergi meninggalkan mereka sendirian.
“siiiiid!” teriaknya berlari menghampiri sid  yang terkapar di pinggir jalan.
“sid..” ucap ayaka lemah, air matanya mulai mengalir. Sid membuka matanya dan tersenyum.
“ka..u bai..k baik saj..a?” tanya sid, ayaka duduk bersimpuh.
“hiks.. bodoh.. kau bodoh!” teriak ayaka.
“harusnya kau biarkan aku tertabrak! Jadi kau tak akan begini!” air mata ayaka terus mengalir.
“bertahanlah, aku akan mencari bantuan” namun sid menahan tangan ayaka.
“ba...gai..mana mungki..n aku membia..rkan ga..dis ma..lang sep..ertimu tertabrak, he?” gurau sid menahan sakit, ayaka merasa begitu bersalah. Pandangan sid melembut.
“ak..u ingin melihat..mu te..rsenyum ayaka... a..ku sedih ji..ka terus meli..hatmu menangis..” ucap sid susah payah. Ayaka menunduk dengan bahu yang bergetar.
“kenapa.. kenapa kau lakukan itu,sid?” tanya ayaka berurai air mata. Sid kembali tersenyum, nafasnya mulai terasa berat dan pandangannya mengabur.
“karena a..ku.. “
“ber..usahalah aya..ka..” ucap sid menutup mata. Mata ayaka melebar.
“sid.. ku mohon buka matamu..” ucap ayaka semakin terisak.
“sid! buka matamu!” teriaknya frustasi.
“ku mohon.. ku mohon..” suara ayaka melemah.
“sid... ku mohon” ayaka menangis di dada sid.
***
Setelah pemakaman sid..
“ini salahku.. hiks..” ucap ayaka.
“ayaka.. jangan salahkan dirimu terus, ini memang takdir untuk sid..” ucap vivian.
“vivian benar... ini sudah di takdirkan..” ucap osie sedih, karena dia diam-diam menyukai sid.
“hiks.. semuanya akan baik-baik saja..” ucap osie mulai menangis.
“osie..” ayaka memeluk osie.
“maafkan aku.. aku sudah mencelakai orang yang kau sayang..” gumam ayaka, osie terkejut.
“maafkan aku..” ucap ayaka sekali lagi, osie hanya membalas erat pelukan ayaka dan menangis dalam diam.
***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar