Kamis, 08 April 2010
Jam
terakhir yang terasa membosankan, sedikit murid kelas 8c yang setia
memperhatikan guru yang sedang menjelaskan rumus-rumus matematika di
whiteboard. Dan kebanyakan siswa terlihat lesu dan ngantuk, termasuk ayaka yang
kini tengah menyangga pipinya dengan malas.
“kapan pulangnya sih... lama sekali..” gerutu ayaka
seraya melihat jam dinding yang menunjukkan pukul
13.30 WIB.
13.30 WIB.
“sebentar lagi,beb...” jawab vivian sambil menulis,
ayaka memutar mata bosan. Tak sengaja mata coklat gelapnya mengkap wajah chris
yang tengah memperhatikan guru dengan wajah serius, ayaka memperhatikan setiap
lekuk paras pemuda berkulit tan itu.
‘ternyata dia manis juga’ batin ayaka dan tanpa
sadar sudut bibirnya sedikit terangkat. Vivian yang melihatnya mengernyit
heran.
“apa yang sedang kau lihat?” tanya vivian penasaran,
ayaka menggerakan dagunya ke samping, vivian mengikuti arah dagu ayaka. Hingga
akhirnya mata hitam vivian menangkap sosok chris. Vivian menatap ayaka dengan
wajah penuh tanya.
“ada apa dengan chris?” tanya vivian. Ayaka
tersenyum lalu mengambil pensil dan menulis apa yang guru tulis.
“dia mirip kak dipta, kapten basket di sekolah kita
dulu..”gumam ayaka. Ekspresi vivian berubah cemas.
“kau masih menyukainya?” tanya vivian. Ayaka
menghentikan menulis.
“tidak..”
jawab ayaka lirih.
“baguslah kalau
begitu,tapi aku harap kau tidak menyukai chris hanya karena dia mirip kak
dipta..” ejek vivian kembali menulis. Ayaka terkekeh.
“jangan bercanda..” ucap ayaka.
“itu mungkin sajakan?” vivian ikut terkekeh.
***
‘ting tong ting’ akhirnya bel pulang berbunyi,
seperti biasa ayaka pulang sendiri menuju halte yang kini mulai ramai. Ayaka
duduk di sudut halte, saat dia menoleh ke samping kanan dia terlonjak kaget.
“waaaa!” dengan reflek dia mundur ke kiri hingga
terjatuh dari bangku.
“aduh! aww” semua pasang mata melihat ke arahnya,
begitu pula orang yang ada di sampingnya tadi. Dengan cepat ayaka berdiri dan
meminta maaf.
“ma-maaf.. tadi ada tikus..” ucapnya sambil
membungkuk malu, setelah orang-orang kembali pada aktivitas masing-masing,
ayaka kembali duduk sambil menunduk.
‘kenapa aku bisa sekaget ini saat melihat dia?’
batin ayaka heran, lalu dia melirik ke kanan menggunakan ekor matanya. Hidung
mancung, mata sayu tapi tajam, bibir tipis, rahang keras dengan dagu lancip,
dan kulit tan manis.
‘gleg’ ayaka menelan ludah, lalu melihat ke depan.
‘ternyata dia sexxyyy! Eh, apa? Apa yang aku
pikirkan?’ batin ayaka bingung.
‘bodoh! Kenapa aku malah memperhatikan chris?
Haduh,haduh..’ ucap ayaka dalam hati sambil memukul-mukul kepalanya pelan.
Chris yang ada di sampingnya hanya melirik heran.
‘gadis aneh’ batinnya.
***
Keesokan harinya di sekolah, jam pertama adalah
mapel olahraga. Berhubung guru sedang kosong, maka pada jam bebas itu di
gunakan murid laki-laki untuk bermain sepak bola, sedangkan para gadis menjadi
penonton.
“rey! Oper kesini!” teriak chris.
“okey!” jawab rey. Para gadis bersorak ria,
sedangkan mata ayaka sedari tadi dan entah mengapa terus mengikuti kemanapun
chris berada. Chris berlari menggiring bola, angin sepoi-sepoi meniup rambut
spike hitamnya membuat dia seperti layaknya bintang iklan shampoo. Pipi ayaka
merona, wajahnya memanas, dan detak jantungnya berdetak lebih cepat.
“ter-ternyata... di-dia keren..” gumam ayaka tanpa
sadar. Dan sejak saat itu, ayaka sering memperhatikan setiap gerak-gerik chris,
hingga muncul perasaan aneh yang tak beralasan.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar