Senin, 19 April 2010
“awaaass!!”
“kyaaaa!!” teriak para pejalan kaki.
“hehh.. dasar, selalu saja membuat keributan di pagi
hari..” gerutu seorang kakek pemilik kedai bakso.
“haha, sudahlah... diakan begitu karena takut
terlambat..” ucap nenek yang ada di samping kakek.
“dan hampir setiap hari dia telat..” balas sang
kakek sinis.
“mungkin dia sedang ada masalah..?” bela sang nenek.
“huh, sudahlah...” sang kakek kembali memasuki
kedai.
***
“aa...! aku bisa telat kalau begini..” gerutu ayaka,
seorang siswi dari salah satu SMP favourite
di Indonesia. Dia merupakan keturunan jepang dari ayahnya yang bernama Rie Daiki,
sedangkan ibu warga pribumi. Karena pekerjaan sang ayahnyalah dia pindah ke
indonesia sejak umur 9 tahun. Ayaka mengayuh sepeda mininya lebih cepat.
Keringat mengalir dari pelipisnya dan matanya memincing hingga terlihat seperti
goresan garis melengkung.
“gawat,gawat,gawat..” dia segera menuntun sepedanya
menuju tempat penitipan sepeda, sebenarnya jarak rumah dan halte dekat.
“paman, aku titip sepeda..” setelah mengucapkan itu
dia segera berlari menuju halte.
“hosh,hosh.... semoga tidak telat” gumamnya sambil
terengah-engah. Setelah sampai di halte dia terlihat begitu gelisah karena jam
halte sudah menunjukkan pukul 06.40 padahal sekolah masuk jam 06.50 . Gadis
berambut coklat sebahu itupun terlihat mondar-mandir.
“bagaimana ini, bagaimana ini..” tidak lama kemudian
bis datang. Segera dia menaiki bis tersebut.
‘ciiitt.. gssss’ bis melaju meninggalkan halte, di
dalam bis ayaka terlihat begitu gelisah. Kakinya tak berhenti mengetuk-ngetuk
lantai bis, pandangannya beralih menuju jendela.
‘langit yang bagus’ ucap ayaka dalam hati sambil
tersenyum. Namun tiba-tiba muncul wajah chris.
‘eh? A-apa-apaan ini’ ucap ayaka dalam hati sambil
menggeleng-gelengkan kepala.
‘ciiiitttt...’ bis berhenti menandakan sudah sampai
di pemberhentian. Ayaka bangkit dari duduknya dan segera turun dari bis. Setelah itu dia kembali berlari
menuju sekolahnya yang berjarak 20 meter didepannya.
‘sedikit lagiiii.. ayo, semangat!’ batin ayaka.
Dan....
“yeeeee! Berhasil!” teriak ayaka senang saat
memasuki gerbang.
“ehem,nona Rie..” panggil seseorang dari arah
samping.
‘gleg’ ayaka menelan ludah dan menoleh ke arah
pemilik suara horor. Dan terlihatlah sesosok guru PB dan barisan murid
terlambat.
“sudah berapa kali kamu terlambat?” tanya si guru.
“baru 3 kali,pak... hehe” ayaka tersenyum kikuk.
“baru 3 kau bilang?!” geram si guru.
Ayaka menunduk.
“maaf..” gumam ayaka.
“hukuman untukmu membersihkan halaman
belakang sekarang juga!” perintah si guru.
“hai’ “ ayaka segera menuju halaman
belakang.
“dan untuk kalian, bersihkan toilet dari lantai 1-3
cepat!” dengan cepat para murid berlari menuju tempat hukuman.
“huft.. memalukan.. mencoreng nama baik sekolah
saja..” gerutu sang guru melangkah pergi.
***
Di halaman belakang sekolah..
“huh.. apa-apaan ini, daunnya tidak berkuraaaang!”
gerutu ayaka karena daun-daun terus berjatuhan terbawa angin.
“kapan selesainya.. huftt..” ayaka menghela nafas lalu
duduk di bawah pohon yang rindang sambil melihat langit pagi yang cerah. Sudut
bibirnya terangkat.
“indah.. “ gumam ayaka, dia memang sangat menyukai
langit biru dan ketakutan saat langit mendung. Mata ayaka beralih ke arah siswa
yang sedang berjalan di koridor kelas. Alangkah terkejut, senang, dan
berdebar-debar hati ayaka.
‘chris...’ ucap ayaka dalam hati. Pandangannya tak
lepas dari sosok itu dan senyumnya masih setia tertempel dibibirnya, walaupun
sosok chris sudah menghilang di tikungan. Dengan segera ayaka bangkit dan
mengambil sapu.
“ayaka ayo semangaaaaatt!” teriaknya sambil
mengangkat sapu ke atas.
“ehem, sudah selesai?” tanya guru BP yang tiba-tiba
muncul.
“kyaa! Belum!” dengan segera ayaka
menyapu lagi.
***
Jam ke-3..
“jadi yang ini caranya bagaimana?” tanya ayaka pada
osie yang lebih pintar darinya
“gunakan rumus yang seperti tadi..” jawab osie.
“oke!” ayaka kembali pada bangkunya di samping osie.
“hei, bagaimana caranya?” tanya vivian pada ayaka.
“katanya gunakan rumus yang sama seperti no.1” jawab
ayaka sambil duduk. Lalu merekapun mengerjakan bersama.
‘teeeeet’ bel istirahat berbunyi.
“yeeeeee!” seru para murid.
“baiklah anak-anak, kita lanjutkan nanti..” ucap
sang guru fisika,setelah guru keluar barulah sang murid mengikuti.
“makan gak?” tanya vivian.
“bakso?” tawar ayaka yang gemar akan bola daging
itu.
“mm.. oke! Tapi traktir ya?” osie menjulurkan lidah.
“ya sudah... ayoo!” jawab ayaka malas. Osie dan
vivian cekikikan.
“kita bercanda kok..” ucap vivian merangkul ayaka.
“tapi aku serius..” ucap ayaka polos. Osie terkekeh
lagi.
“sudah-sudah, ayo!” ajak osie sambil menggeret ayaka
keluar.
“eh?” vivian berhenti saat ayaka berhenti berjalan.
“ada apa?”
tanya osie. Sedangkan ayaka hanya tertegun menatap cowok yang sedang
berdiri di balkon depan kelas.
“ ayaka? Hello?” vivian melambai-lambaikan tangannya
di depan wajah ayaka. Dan tiba-tiba chris melirik ke ayaka.
“eh?” ayaka terlonjat kaget dan pipinya memerah
karena malu.
“a-ayo..” ayaka gelagapan sambil berjalan
mendahului.
“kenapa anak itu?” tanya vivian heran.
“kurasa karena itu..” osie menggerakan dagunya ke
arah chris berada.
“aaaa... aku mengerti..” ucap vivian mengikuti ayaka
di belakang.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar